Jumat, 31 Juli 2015

Contoh Laporan Tentang Tanah Sulfat Masam

PENGELOLAAN TANAH SULFAT MASAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)
                                                         
LAPORAN

Oleh :

PUTRI MURDIANTI / 130301103
 AGROEKOTEKNOLOGI  II B







LABORATORIUM KIMIA KESUBURAN TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014




PENGELOLAAN TANAH SULFAT MASAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)
                                                         
LAPORAN


Oleh :

PUTRI MURDIANTI / 130301103
 AGROEKOTEKNOLOGI  II B

Laporan  ini  sebagai  salah  satu  syarat  untuk  dapat  mengikuti  praktikal  test  di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan






LABORATORIUM KIMIA KESUBURAN TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014


Judul     : Pengelolaan Tanah Sulfat Masam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi
                 ( Oryza Sativa L. )
    Nama    : Putri Murdianti
    NIM      : 130301103
    Prodi     : Agroekoteknologi 2 - b


Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung jawab



(Ir. Syarifuddin M.S.)
NIP. 196503091993031014



Diperiksa Oleh
Asisten Korektor


(Fitria Permata Sari)
NIM. 110301243





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena  berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah“Pengelolaan Tanah Sulfat Masam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.)”  yang   merupakan   salah   satu  syarat  untuk dapat memenuhi komponen penilaian  praktikum pengelolaan tanah dan air  Program Studi Agroekoteknologi  Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada       kesempatan     ini      penulis     mengucapkan       terima   kasih kepada                   Ir. Syarifuddin,MS.,Ir.M.Madjid Damanik MSc.,Ir.Bintang Sitorus,MP., Prof. Dr. Ir. Masul Harahap, M.P., Ir. Posma Mangisi P. Marbun, H. D., Ir. Fauzi,M. P.,  Mariani Sembiring, SP,MP., Dr. Ir. Hamida Hanum, MP., Ir.Kemala Sari Lubis SP,MP.,  Jamilah,SP,MP., Ir.T.Irmansyah selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Tanah Dan Air  serta Abang dan Kakak Asisten Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah yang telah membimbing penulis dengan baik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Akhir kata penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                                           Medan,     Desember 2014
                                                                                                            


             Penulis








                                               DAFTAR ISI








KATA PENGANTAR......................................................................................... ii 
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penulisan............................................................................................ 6
         Kegunaan Penulisan....................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Tanah Sulfat Masam........................................................................ 7
Penyebaran Tanah Sulfat Masam ................................................................ 16
Karakteristik Tanah Sulfat Masam .............................................................. 16
Permasalahan Tanah Sulfat Masam ............................................................. 16
         Potensi Tanah Sulfat Masam ...................................................................... 16
         Pengelolaan Tanah Sulfat Masam ............................................................... 16
Tanaman Indikator ........................................................................................ 7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil  ........................................................................................................... 11
         Pembahasan ................................................................................................ 15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................................. 18
         Saran............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA                     

LAMPIRAN







PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain. Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah (lembing batu), walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi(Arsyad, 2010).
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%) (Asdak,2010).
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi (Darmayanti,2012).
Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Ciri khas tanah sulfat masam adalah adanya bahan sulfidik yang banyak mengandung pirit. Pirit ini mempunyai sifat yang unik dan bergantung pada keadaan air. Keberadaan pirit di lahan sulfat masam menjadi kendala berat dalam pengembangan lahan rawa untuk budidaya padi (Rahim,2003).
Tanah mineral masam banyak dijumpai di wilayah beriklim tropika basah, termasuk Indonesia. Luas areal tanah bereaksi asam seperti podsolik, ultisol, oxisols dan spodosol, masing-masing sekitar 47,5, 18,4, 5,0 dan 56,4 juta ha atau seluruhnya sekitar 67% dari luas total tanah di Indonesia. Luasnya tanah masam tersebut sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha pertanian, tetapi sampai sekarang masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal mengingat beberapa kendala yang terdapat pada tanah masam.Tanah ordo lain yang bersifat masam adalah inseptisol dan entisol (Arsyad, 2010).
Tujuan Praktikum
            Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman padi             (Oryza sativa L.) pada tanah tanah sulfat masam.
Kegunaan Penulisan

            Penulisan ini berguna sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test Pengelolaan Tanah dan Air Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.




                                                     





                                                           TINJAUAN PUSTAKA


Tanah Sulfat Masam
            Tanah sulfat masam merupakan tanah yang mengandung senyawa pirit (FeS2), banyak terdapat di daerah rawa, baik pada pasang surut maupun lebak. Mikroorganisme sangat berperan dalam pembentukan tanah tersebut. Pada kondisi tergenang senyawa tersebut bersifat stabil, namun bila telah teroksidasi maka akan memunculkan problem, bagi tanah, kualitas kimia perairan dan biota-biota yang berada baik di dalam tanah itu sendiri maupun yang berada di badan-badan air, dimana hasil oksidasi tersebut tercuci ke perairan tersebut.Mensvoort dan Dent (1998) menyebutkan bahwa senyawa pirit tersebut merupakan sumber masalah pada tanah tersebut.
            Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Ciri khas tanah sulfat masam adalah adanya bahan sulfidik yang banyak mengandung pirit. Pirit ini mempunyai sifat yang unik dan bergantung pada keadaan air. Keberadaan pirit di lahan sulfat masam menjadi kendala berat dalam pengembangan lahan rawa untuk budidaya padi (Perdana,2007).
            Jika tanah ini dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit akan membentuk ferri hidroksida (Fe ), sulfat ( ) dan ion hydrogen (H+) sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+,dan Mn2+bertambah di dalam tanah dan dapat bersifat racun bagi tanaman. Ketersediaan fosfat menjadi berkurang karena diikat oleh besi atau aluminium dalam bentuk besi fosfat atau aluminum fosfat. Biasanya bila tanah masam kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah (Hasibuan, 2008).
Lahan sulfat masam tergolong lahan piasan, yaitu lahan yang mempunyai sifat-sifat terbatas sehingga diperlukan tindakan upaya perbaikan untuk meningkatkan produktivitasnya. Jenis tanah dari lahan ini digolongkan juga sebagai tanah bermasalah, yaitu tanah yang mempunyai sifat baik fisika, kimia, maupun biologi lebih jelek dibandingkan dengan tanah mineral umumnya sehingga produktivitas lahan jenis tanah ini tergolong rendah, bahkan sangat rendah (Tim IPB, 1992).
Penyebaran Tanah Sulfat Masam
Luas lahan sulfat masam di dunia diperkirakan 14 juta ha, diantaranya 10 juta ha tersebar diwilayah tropik. Sebagian lahan gambut dangkal di Indonesia berasosiasi dengan sulfat masam. Hasil survei Euroconsult (1984) menunjukkan luas lahan sulfat masam di Indonesia sekitar 2 juta ha. Diperkirakan luas lahan sulfat masam sekitar 6,70 juta ha, diperkirakan terdapat sekitar 6,7 ha lahan berpirit tersebut, yang tersebar di pulau Kalimantan, Sumatera, dan Irian. Keadaan ini menunjukkan terjadinya perluasan lahan sulfat masam. Hal ini memnungkinkan karena terjadinya penipisan lapisan atas (lapisan organik) sehingga mendekatkan lapisan pirit ke permukaan (Noor, 1996 dalam Tambunan, 2013).
Penyebaran tanah sulfat masam di Indonesia, telah dilakukan pengelompokan lahan berdasarkan karakteristik tanah yang ada pada basis data Sumber Daya Tanah Eksplorasi Indonesia skala 1:1.000.000 (Puslitbangtanak, 2000). Ordo tanah yang ditemukan di Indonesia ada 10 yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols, Alfisols, Mollisols, Vertisols, Ultisols, Oxisols,Andisols, dan Spodosols. Semua ordo Histosol(gambut) dan ordo tanah lainnya yang mempunyai rezim kelembapan aquik dikelompokkan menjadi lahan basah, dan sisanya menjadi lahan kering. Lahan kering di pilah lebih lanjut menjadi lahan kering masam dan non-masam. Lahan kering bertanah masam dicirikan dengan pH < 5,0 dan kejenuhan basa < 50%, yang tergolong pada tanah-tanah yang mempunyai sifat distrik. Sebaliknya lahan yang bertanah tidak masam adalah lahan dengan pH > 5,0 dan kejenuhan basa > 50%, yang tergolong pada tanah-tanah yang bersifat eutrik (Hidayat dan Mulyani, 2002).
Karakteristik Tanah Sulfat Masam
Tanah sulfat masam mempunyai penciri utama, yaitu (1) bahan sulfidik atau pirit, (2) lapisan (horison) sulfurik, (3) bercak jarosit, dan (4) bahan penetral berupa karbonat atau basa-basa tertukar lainnya. Sifat tanah sulfat masam ditandai warna tanah yang kelabu, bersifat mentah, dan kemasaman sedang sampai tinggi. beberapa pengalaman (sigi) dan penelitian menunjukkan untuk mengenal dan mengidentifikasi tanah sulfat masam dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan sederhana, dan identifikasi yang dimaksud adalah pengujian di lapangan (field laboratorium) (Noor, 2004).
Sifat atau ciri lain yang dapat membantu dalam mengidentifikasi lapisan pirit adalah (a) adanya warna reduksi kelabu atau kelabu kehijaun, baik dengan maupun tanpa bercak hitam, (b) adanya bahan organik terutama berupa akar serabut, atau berseling dengan lapisan mineral berkonsistensi setengan matang, (c) adanya bau H2S pada tanah yang telah terfanggu atau diolah. Tanah ini biasanya mempunyai tekstur halus, karena fraksi-fraksi kasar sudah diendapkan di daerah aliran sebelah atas. Endapan-endapan marine (pengendapan sedimen laut) dan sungai inilah yang merupakan bahan induk tanah sulfat masam yang terbentuk di daerah tersebut (Hakim dkk, 1986).
Permasalahan Tanah Sulfat Masam
            Permasalahan yang umum dijumpai pada lahan sufat masam adalah kemasaman tanah yang tinggi, ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe berakibat pada rendahnya hasil tanaman yang diusahakan.Kemasaman tanah yang tinggi memicu larutnya unsur beracun dan kahat hara sehingga tanah menjadi tidak produktif (Moori,2006).
            Pengembagan pertanian di tanah sulfat masam sering menghadapai beberapa permasalahan seperti antara lain rendahnya pH tanah dan fosfat tersedia serta tingginya kandungan Fe (Purnomo et al., 2005). Banyak penelitian yang telah dilaksanakan untuk mengembangkan lahan sulfat asam menjadi lahan pertanian yang lebih produktif. Salah satu kunci keberhasilan pertanian di tanah sulfat masam adalah pengelolaan air, pengolahan tanah yang dikombinasikan dengan pemberian bahan organik in situ serta penggunaan varietas adaptif pada sistem tata air satu arah dapat meningkatkan produktivitas tanah sulfat masam (Sudhalakhsmi et al., 2007; Fahmi et al., 2006).
Lahan sulfat masam, dianjurkan untuk di sawahkan guna menghindari terjadinya oksidasi pirit. Pada musim kemarau dengan air yang terbatas, setidak-tidaknya tanah yang mengandung pirit harus dalam kondisi basah/tergenang. Pada kondisi air yang sangat terbatas, dianjurkannya untuk menutup saluran drainase atau membuat tabat (bendung) pada saluran tersier. Pembuatan saluran cacing juga dianjurkan untuk mempercepat drainase dan meratakan kelembaban tanah (Widjaja Adhi, 1995).
Potensi Lahan Sulfat Masam
            Dilihat luasan, topografi dan ketersediaan air, lahan tersebut sebenarnya mempunyai potensi untuk pengembangan tanaman pangan dan tahunan. Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 6,7 ha lahan berpirit tersebut, yang tersebar di pulau Kalimantan, Sumatera, dan Irian (Nugroho et al., 1992). Topografi termasuk kategori datar (<3%) style=""> air yang bervariasi tergantung tipe luapan air. Sebagian lahan tersebut telah dibuka untuk pemukiman transmigrasi, dan ditanami padi, palawija dan buah-buahan dengan hasil yang bervariasi, dan umumnya dibawah potensi produksi tanaman. Tanah sulfat masam merupakan bagian dari lahan rawa yang berpotensi untuk usaha pertanian. Komoditas yang berkembang di lahan sulfat masam cukup beragam, meliputi tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman buah, dan tanaman perkebunan (Rahayu, 2009).
            Pemanfaatan lahan marginal, seperti lahan sulfat masam, belum diupayakan secara optimal untuk memenuhi dan mempertahankan kebutuhan pangan nasional. Tanah sulfat masam dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu (1) tanah sulfat masam potensial yang dicirinya antara lain lapisan pirit pada kedalaman >50 cm dari permukaan tanah dan (2) semua jenis tanah yang digolongkan sebagai tanah sulfat masam aktual. Adapun yang dimaksud dengan tanah sulfat masam potensial yang dicirikan oleh warna kelabu, kemasaman sedang-sampai dengan masam (pH>4.0). sementara itu yang dimaksud dengan tanah sulfat masam aktual yang dicirikan dengan warna kecoklatan pada permukaan, dan sangat masam atau pH< 3,5  (Noor, 2004).
Pengelolaan Tanah Sulfat Masam
            Menurut Didi (2005) Pengelolaan tanah sulfat masam dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
  1. Pengelolaan tanah dan air, Pengelolaan tanah dan air (soil and water management) merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut, termasuk tanah sulfat masam. Pengelolaan tanah dan air ini meliputi jaringan tata air makro maupun mikro, penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan. Dalam tulisan ini tata air makro tidak dibahas karena merupakan kewenangan dari Departemen Pekerjaan Umum.
  2. pengelolaan tata air mikro mencakup pengaturan dan pengelolaan tata air pada saluran kuarter dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sekaligus memperlancar pencucian bahan beracun.
  3. Penataan lahan, penataan lahan dimaksudkan untuk menciptakan kondisi lahan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan dikembangkan. Penataan lahan perlu memperhatikan hubungan antara tipologi lahan, tipe luapan, dan pola pemanfaatannya.
  4. Ameliorasi dan pemupukan, produktivitas tanah sulfat masam biasanya rendah karena pH tanah rendah, kelarutan Fe, Al, dan Mn tinggi serta ketersediaan unsur hara terutama P dan K dan kejenuhan basa rendah (Dent, 1986). Oleh karena itu, diperlukan bahan pembenah tanah (amelioran) untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga produktivitas lahan meningkat Bahan amelioran yang dapat digunakan adalah kaptan untuk meningkatkan pH dan rock phosphate (RP) untuk memenuhi kebutuhan hara P.
  5.   Penggunaan varietas yang adaptif, Tanaman yang dapat diusahakan di lahan sulfat masam antara lain adalah padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), sayuran (cabai, kacang panjang, kubis, tomat, dan terung), buah-buahan (rambutan, nenas, pisang, jeruk, nangka, dan semangka) dan tanaman perkebunan kelapa dan lada. Tanaman tersebut tumbuh baik pada tanah sulfat masam potensial dengan sistem tata air mikro seperti saluran drainase dan ameliorasi tanah.

Tanaman indikator
            Padi digunakan sebagai tanaman indikator karena padi mampu bertahan dalam keadaan tergenang, sehingga ion-ion yang terikat didalam air dapat di ekspressikan. Tanaman padi dapat mengekspressikan pirit di lahan rawa pasang surut. Tanaman padi juga toleran terhadap tanah yang memiliki kandungan salin didalamnya. Tanaman padi juga mampu mengakumulasi lebih banyak lagi ROS (Kong-ern,l et. Al., 2012).

Kelebihan tanaman pagi dibandung tanaman lainnya adalah tanaman padi dapat ditanam di lahan yang aneh / asing yaitu termasuk tanah salin, tanah yang mengandung alkalin, dan tanah sulfat masam. Proses kimia dio dalam tanah tuida muncul menjadi bagian yang terpenting seperti kemampuan fisik . Tanaman padi juga dapat ditanam pada daerah tergenang (February, 2005).






 BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

            Percobaan ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Desember 2014 di Lahan Praktikum Pengelolaan Tanah dan Air  Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut.
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Tanah Sawah Sulfat Masam Secanggang Langkat sebagai media tanam, air digunakan untuk menggenangi tanah sulfat masam, benih padi (Oryza sativa L.) sebagai objek yang akan di amati.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember ukuran 5L untuk tempat media tanam, batu bata sebagai alas untuk menahan ember, ember sebagai tempat media tanam , meteran sebagai alat penghitung luas lahan, cangkul untuk menggali parit drainase, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, buku data untuk tempat data ditulis, alat tulis untuk menulis data yang diperoleh.                                                                                                                                      Prosedur Percobaan

-          Disediakan tanah sawah sulfat masam sebanyak 5 kg untuk 4 ember plastik.
-          Dimasukkan tanah kedalam 4 ember dengan 2 ember pengulangan, masing-masing 5 kg.
-          Diberi perlakuan dengan penggenangan dan tanpa penggenangan
-          Ditanam padi (Oryza sativa L.) pada masing-masing ember.
-    Diamati datanya dengan parameter tinggi tanaman, warna daun, jumlah anakan setiap minggunya. 




HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
            Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data rataan tinggi tanaman yang disediakan pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 1-8 MST
Tanggal pengamatan
Dengan penggenangan (DP)
Tanpa penggnangan (TP)
15-Oct-14
21
25.5
22-Oct-14
40.5
38.5
29-Oct-14
45.25
44
5-Nov-14
48.5
49.25
12-Nov-14
53.5
54.5
19-Nov-14
58.75
58.75
26-Nov-14
64.5
61
3-Dec-14
73.75
62.7

Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh data tertinggi pada perlakuan penggenangan yaitu sebesar 73,75 cm, dan data terendah 62,7 cm. Grafik laju pertumbuhan tinggi tanaman 1-8 MST dengan perlakuan penggenangan dan tanpa penggenangan  pada lahan sulfat masam disajikan pada Gambar 1.







Gambar 1.Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 1-8 MST
Jumlah Daun (helai)
            Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data rataan jumlah daun  yang disediakan pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun 1-8 MST
Tanggal pengamatan
Dengan penggenangan (DP)
Tanpa penggenangan (DP)
15-Oct-14
3
3.5
22-Oct-14
4
3.5
29-Oct-14
4.5
4
5-Nov-14
5
4.5
12-Nov-14
5
5.5
19-Nov-14
5.5
5.5
26-Nov-14
5.5
6
3-Dec-14
5.5
6

Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh data tertinggi pada perlakuan tanpa penggenangan yaitu sebanyak 6 helai, dan data terendah sebanyak 5,5 cm. Grafik jumlah daun  tanaman 1-8 MST dengan perlakuan penggenangan dan tanpa penggenangan  pada lahan sulfat masam disajikan pada Gambar 2.








Gambar 2.Grafik pertumbuhan jumlah daun 1-8 MST
Berat Basah (g)
Rataan berat basah (g) padi dengan perlakuan penggenangan air dan tanpa penggenangan air pada lahan sulfat masam.
Tabel 3. Berat basah tanaman (g)
Perlakuan
Tanaman
Akar
Tajuk
Bulir
Dengan Penggenangan
13
7.75
4.85
6.2
Tanpa Penggenangan
25.85
14.95
6.1
13.1
           








Gambar 3. Diagram berat basah (g) padi

Berat Kering (g)
            Rataan berat kering (g) padi dengan perlakuan penggenangan air dan tanpa penggenangan air pada lahan sulfat masam.
Tabel 4. Berat kering tanaman (g)
Perlakuan
Tanaman
Akar
Tajuk
Bulir
Dengan Penggenangan
5.75
3.4
2.35
2.9
Tanpa Penggenangan
9.3
5.3
4
5.95









Gambar 4. Diagram berat kering (g) padi





 Pembahasan
    Dari hasil percobaan diperoleh tinggi tanaman dan jumlah daun yang paling baik terdapat pada pertumbuhan padi tanpa penggenangan. Hal ini disebabkan karena pada padi sawah, penggenangan  akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.ristek.go.id (2008) Padi sawah menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18 - 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan  akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
Dari hasil percobaan diperoleh hasil berat basah dari tanaman padi yang terberat adalah pada tanaman padi tanpa penngenangan, yaitu berat tanaman adalah 25,85 g ; akar 14,95 g ; tajuk 6,1 g ; dan bulir 13,1 g. Hal ini dikarenakan keadaan tanah yg tidak tergenang memiliki pH dan keadaan tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai literatur http://www.ristek.go.id (2008) Padi sawah menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18 - 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan  akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
Dari hasil percobaan diperoleh berat kering tertinggi diperoleh pada tanaman tanpa penggenangan, yaitu berat tanaman 9,3 g; akar 5,3 g; tajuk 4 g; bulir 5,95 g. Hal ini dikarenakan keadaan tanah yg tidak tergenang memiliki pH dan keadaan tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai literatur http://www.ristek.go.id (2008) Padi sawah menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18 - 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan  akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
Tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh pada tanah sulfat masam. Karena itu, dalam pemanfaatan tanah sulfat masam hanya menggunakan tanaman-tanaman yang adaptif, seperti padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), sayuran (cabai, kacang panjang, kubis, tomat, dan terung), buah-buahan (rambutan, nenas, pisang, jeruk, nangka, dan semangka) dan tanaman perkebunan kelapa dan lada. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut tumbuh baik pada tanah sulfat masam potensial dengan sistem tata air mikro seperti saluran drainase dan ameliorasi tanah. Hal ini sesuai literatur Didi (2005) yang menyatakan Penggunaan varietas yang adaptif, Tanaman yang dapat diusahakan di lahan sulfat masam antara lain adalah padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), sayuran (cabai, kacang panjang, kubis, tomat, dan terung), buah-buahan (rambutan, nenas, pisang, jeruk, nangka, dan semangka) dan tanaman perkebunan kelapa dan lada. Tanaman tersebut tumbuh baik pada tanah sulfat masam potensial dengan sistem tata air mikro seperti saluran drainase dan ameliorasi tanah.
Masalah yang sering dijumpai pada tanah sulfat masam adalah memilki kemasaman yang tinggi apabila dibiarkan dalam keadaan kering. Tanah mengalami oksidasi yang menyebabkan kemasamannnya meningkat. Hal ini sesuai literatur Noor (2004) permasalahan yang umum dijumpai pada lahan sufat masam adalah kemasaman tanah yang tinggi, ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe berakibat pada rendahnya hasil tanaman yang diusahakan.Kemasaman tanah yang tinggi memicu larutnya unsur beracun dan kahat hara sehingga tanah menjadi tidak produktif .




                                                           KESIMPULAN

  1.    Tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi diperoleh dari tanaman padi yang tidak tergenang dengan rata-rata pertumbuhan berurutan adalah 50,71 dan 4,75.
  2. Dari hasil percobaan diperoleh berat kering tertinggi diperoleh pada tanaman tanpa penggenangan, yaitu berat tanaman 9,3 g; akar 5,3 g; tajuk 4 g; bulir 5,95 g.
  3. Dari hasil percobaan diperoleh berat kering tertinggi diperoleh pada tanaman tanpa penggenangan, yaitu berat tanaman 9,3 g; akar 5,3 g; tajuk 4 g; bulir 5,95 g.
  4.   Dalam pemanfaatan tanah sulfat masam hanya menggunakan tanaman-tanaman yang adaptif, seperti padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau), sayuran (cabai, kacang panjang, kubis, tomat, dan terung), buah-buahan (rambutan, nenas, pisang, jeruk, nangka, dan semangka) dan tanaman perkebunan kelapa dan lada
  5. Permasalahan yang umum dijumpai pada lahan sufat masam adalah kemasaman tanah yang tinggi, ketersediaan hara P yang rendah.

Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya harus lebih memperhatikan contoh tanah, pemeliharaan tanaman , dan keakuratan data agar hasil percobaan yang dilakukan baik dan data hasil percobaan lebih akurat.



DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A., 2010. Morfologi Tanaman Padi. Diakses Dari http://www.anneahira.com/morfologi-tanaman-padi.htm. Pada 4 Desember 2011.
Arsyad, 2010, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.
Asdak, C., 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Barus, J., 2008. Kajian Pengembangan Varietas Unggul Padi Gogo dan Teknologi Budidayanya di Lampung. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Universitas Lampung 17-18 Nopember 2008
Darmayanti, A.S, 2012, Thesis : Karakteristik Pohon dalam Pengaruhnya terhadap Infiltrasi Air Hujan di Beberapa Kebun Raya Purwodadi, Universitas Brawijaya, Malang
Didi , A.S. 2005. Pengelolaan Lahan Sulfat Masam Untuk Usaha Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Hairiah, K, D. 2002, Jurnal Diagnosis Faktor Penghambat Pertumbuhan Akar Sengon Pada Ultisol di Lampung Utara, Word Agroforestry Center, Bogor
Hasibuan, M. S. P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara
http://warintek.bantul.go.id. , 2008. Budidaya Pertanian Padi. Diakses tanggal 01 Februari 2008.
http://www.ristek.go.id. , 2008. Padi (Oryza sativa). Diakses tanggal 01 Februari 2008.
Indriyanto, 2008, Ekologi Hutan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Ispriyanto, R., 2001, Erosi di Areal Tumpangsari Tegakan Pinus merkussi Jungh et de Vriese Umur 1 tahun (Studi Kasus di KPH Tasikmalaya, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat), Skripsi, Jurusan Manajemen Hutan,Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Kartasapoetra,G., A.G. Kartasapoetra, MM Sutedjo, 2005, Teknologi Konservasi Tanah dan Air.Cetakan Kelima, Rineka Cipta, Jakarta
Kongchum. 2005. Effect of Plant Residue and Water Management Practises on Soil Redox Chemistry, Methane Emission and Rice Productivity. A Dissertation, Louisiana State. 189p
Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Moleong, L. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Mori, Koyotoka. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Norsalis, E., 2011. Padi Gogo Dan Padi Sawah. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17659/4/Chapter%20II.pdf. Pada 5 Desember 2011.
Noor, M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Raja Grafindo Persada. Jakarta dalam Tambunan, S.W.2013. Tanah Sulfat Masam. repository. usu. ac. Id / bitstream / 123456789 / 37802 / 5 / Chapter%20I. pdf
Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri, Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya. Hal 37-200.
Pustaka Deptan, 2008. Penyebaran Padi Unggul Baru di Jawa Barat. Dikutip dari: http:// www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr293071. Diakses tanggal 25 September 2008.
Rabenandrasana, J. 2002. Revolusi dalam Intensifikasi Padi. Salam. Dikutip dari: http://agriculturas.leisa.info. Diakses tanggal 25 September 2008.
Rahayu, T., 2009. Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi MIG-6 plus. Diakses dari http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/persyaratan-tumbuh-padi-gogo. Pada 28 Februari 2012.
Rahim, S.E., 2003, Pengendalian Erosi Tanah : dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Sukirno. 2001. Teknik Konservasi Tanah dan Air, Juruan Teknik Pertaninan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suripin.2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelajutan, Andi Offset, Yogyakarta.
Widarto, Y. P dan J. Susilo., 2004. Introduksi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Gogo di Kabupaten Blora. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.